PERILAKU
ORGANISASI KEPEMIMPINAN
PENDAHULUAN
Teori atau ilmu
perilaku organisasi (organization behavior) padahakekatnya mendasarkan
kajiannya pada ilmu perilaku itusendiri (akar ilmu psikologi), yang
dikembangkan dengan pusatperhatiannya padatingkah laku manusia dalam organisasi.Dengandemikian,
kerangka dasar teori perilaku organisasi ini didukung oleh duakomponen pokok,
yakniindividu-individuyang berperilaku danorganisasi formalsebagai wadah dari
perilaku tersebut.Jadi, perilaku organisasi adalah suatu studi yang menyangkut
aspek-aspek tingkah laku manusia dalam organisasi atau suatu kelompok
tertentu.Aspek pertama meliputi pengaruh organisasi terhadap manusia,
sedangaspek kedua pengaruh manusia terhadap organisasi. Pengertian ini
sesuaidengan rumusanKellydalam bukunyaOrganizational Behavior yangmenjelaskan
bahwa perilaku organisasi di dalamnya terdapatinteraksi danhubunganantara
organisasi di satu pihak dan perilaku individu di lainpihak. Kesemuanya ini
memiliki tujuan praktis yaitu untuk mengarahkan perilaku manusia itu kepada upaya-upaya
pencapaian tujuan.
1.
PENGERTIAN
PERILAKU ORGANISASI
Pengertian
Perilaku Organisasi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari bagaimana
seharusnya perilaku tingkat individu, tingkat kelompok, serta dampaknya
terhadap kinerja (baik kinerja individual, kelompok, maupun
organisasi).Perilaku organisasi juga dikenal sebagai Studi tentang
organisasi.Studi ini adalah sebuah bidang telaah akademik khusus yang
mempelajari organisasi, dengan memanfaatkan metode-metode dari ekonomi,
sosiologi, ilmu politik, antropologi dan psikologi. Disiplin-disiplin lain yang
terkait dengan studi ini adalah studi tentang Sumber daya manusia dan psikologi
industri serta perilaku organisasi. Konsep Perilaku Organisasi Organisasi :Sistem
kerja sama sekelompok orang yang mempunyai aturan dan keterikatan tertentu
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
v Beberapa teori mengenai pengertian perilaku organisasi:
1.
Stephen P.
Robbins adalah bidang studi yang
mempelajari dampak perorangan, kelompok, dan struktur pada perilaku dalam
organisasi dengan tujuan mengaplikasikan pengetahuan semacam itu untuk
memperbaiki efektivitas organisasi.
2.
Robbins (2003) mengemukakan bahwa perilaku organisasi merupakan ilmu terapan yang
dibangun dengan dukungan sejumlah disiplin ilmu, seperti psikologi, sosiologi,
psikologi sosial, antropologi, dan ilmu politik.
Struktur
pembagian kerja dan mekanisme kerja antara sekelompok orang yang mempunyai
aturan dan keterikatan tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
Perilaku :
- Sikap dan
tindakan
- Ilmu Perilaku
organisasi
- Ilmu tentang
perilaku tiap individu dan kelompok
- serta pengaruh tiap individu dan kelompok terhadap organisasi.
v Suatu organisasi bisa dikatakan solid jika memiliki sifat sebagai
berikut:
1.
mempunyai
tujuan yang jelas .
2.
tujuan
organisasi harus di terima dan di fahami oelh setiap orang di dalam organisasi.
3.
memiliki
kesatuan arah.
4.
adanya
keseimbangan antara wewenang dan tanggungjawab.
5.
berkesinambungan
.
6.
penempatan orang
harus sesuai ahlinya.
7.
adanya
pembagian tugas.
2.
MANFAAT
ORGANISASI
a.
Menumbuhkan
rasa kebersamaan.
b.
Memperkuat tali
persaudaraan.
c.
Menyebarkan
rasa tolong menolong.
d.
Memperkaya
informasi.
e.
Meningkatkan
kualitas pribadi.
f.
Membangkitkan
semangat juang.
g.
Meningkatkan
kualitas fakir.
h.
Mengurangi
sifat egoism.
i.
Membina
kesatuan berfikir untuk menyamakanpemahaman mencapai tujuan.
j.
Melatih
toleransi
Contoh:
Kelas sebagai sistem sosial kelas merupakan bagian dari
mikrososiologi yang menelaah kehidupan kelompok sosial di sekolah dengan
keseluruhan dinamika yang terjadi di dalamnya. Di sana terdapat gabungan dari
individu-individu yang membentuk suatu kelompok sosial yang teratur dan
memiliki fungsi dan peran yang kompleks dalam kacamata pendidikan. Ruang kelas
memenuhi standar definisi kelompok sosial karena sekumpulan orang yang memiliki
kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi.
3.
RUANG LINGKUP
PERILAKU ORGANISASI
Perilaku
Organisasi, sesungguhnya terbentuk dari perilaku-perilakuindividu yang terdapat
dalam organisasi tersebut. Oleh karena itu
sebagaimana telah disinggung diatas pengkajian masalah
perilakuorganisasi jelas akan meliputi atau menyangkut pembahasan
mengenaiperilaku individu. Dengan demikian dapat dilihat bahwa ruang
lingkupkajian ilmu perilaku organisasi hanya terbatas pada dimensi internal
darisuatu organisasi.
v Dalam kaitan ini, aspek-aspek yang menjadi unsur-unsur,komponen
atau sub sistem dari ilmu perilaku organisasi antara lain adalah :
-
motivasi,
kepemimpinan
-
pembinaan karir
-
hubungan komunikasi
-
pemecahan masalah
dan pengambilan keputusan
-
produktivitas
-
kinerja
(performance)
-
kepuasan
-
pembinaan dan
pengembangan organisasi(organizationaldevelopment )
Sementara itu aspek-aspek yang merupakan dimensi
eksternalorganisasi seperti faktor ekonomi, politik, sosial, perkembangan
teknologi,kependudukan dan sebagainya, menjadi kajian dari ilmu
manajemenstrategik (strategic management ). Jadi, meskipun faktor eksternal ini
jugamemiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan organisasidalam
mewujudkan visi dan misinya, namun tidak akan dibahas dalamkonteks ilmu
perilaku organisasi.Meskipun unsur-unsur, komponen atau sub sistem yang akan
dibahasbisa jadi telah banyak dipelajari pada disiplin ilmu yang lain, namun
MataKuliah Perilaku Organisasi akan mencoba menjawab, mengapa berbagaiunsur
atau komponen tadi dapat membentuk karakter, sikap, atau perilakuindividu dalam
kapasitasnya sebagai anggota suatu organisasi. Oleh karenaitu, bobot atau
muatan materinya akan diusahakan agar memiliki sisi empirisyang cukup memadai.
Untuk kepentingan ini, maka pada setiap sessionpembahasan akan diupayakan untuk
dilengkapi dengan kasus-kasus yangrelevan sebagai instrumen untuk lebih
memudahkan dalam memahamimasalah perilaku organisasi.Secara skematis, ruang
lingkup kajian perilaku organisasi dalamrangka mencapai tujuan organisasi,
serta faktor-faktor eksternal yang mempengaruhinya.
4.
PENDEKATAN
DALAM PERILAKU ORGANISASI
Dengan adanya
interaksi atau hubungan antar individu dalamorganisasi, maka penelaahan
terhadap perilaku organisasi haruslahdilakukan melalui pendekatan-pendekatan
sumber daya manusia (supportif ), pendekatan kontingensi, pendekatan
produktivitas danpendekatan sistem.Pendekatan sumber daya manusia dimaksudkan untuk
membantu pegawai agar berprestasi lebih baik, menjadi orang yang lebih
bertanggung jawab, dan kemudian berusaha menciptakan suasana dimanamereka dapat
menyumbang sampai pada batas kemampuan yang merekamiliki, sehingga mengarah
kepada peningkatan keefektifan pelaksanaantugas. Pendekatan ini berarti juga
bahwa orang yang lebih baik akanmencapai hasil yang lebih baik pula, sehingga
pendekatan ini disebut pula dengan pendekatan suportif . Sementara itu,
pendekatan kontingensimengandung pengertian bahwaadanya lingkungan yang berbeda
menghendaki praktek perilaku yang
berbeda pula untuk mencapai keefektifan. Disini pandangan lama yangmengatakan
bahwa prinsip-prinsip manajemen bersifat universal danperilaku dapat berlaku dalam
situasi apapun, tidak dapat diterimasepenuhnya.Disisi lain, pendekatan
produktivitasdimaksudkan sebagai ukuranseberapa efisien suatu organisasi dapat
menghasilkan keluaran yangdiinginkan.Jadi, produktivitas yang lebih baik
merupakan ukuran yangbernilai tentang seberapa baik penggunaan sumber daya
dalam masyarakat.Dalam hal ini perlu diingat bahwa konsep produktivitas tidak
hanya diukurdalam kaitannya dengan masukan dan keluaran ekonomis, tetapi
masukanmanusia dan sosial juga merupakan hal yang penting. Dengan
demikian,apabila perilaku organisasi yang lebih baik dapat mempertinggi
kepuasankerja, maka akan dihasilkan keluaran manusia yang baik pula, dan
padaakhirnya akan menghasilkan produktivitas pada derajat yang
diinginkan.Adapun pendekatan systemterutama diterapkan dalam sistem sosial,dimana
di dalamnya terdapat seperangkat hubungan manusia yang rumityang berinteraksi
dalam banyak cara. Ini berarti, dalam mengambilkeputusan para manaer harus
mengkaji hal-hal diluar situasi langsung untuk menentukan dampaknya terhadap
sistem yang lebih besar, sehinggamemerlukan analisis biaya dan manfaat (cost –
benefit analysis).
5.
DEFINISI
KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi sebuah kelompok untuk mencapai suatu visi atau serangkaian tujuan
tertentu yang ditetapkan. Seseorang bisa memperoleh peran pemimpin hanya karena
posisinya dalam organisasi tersebut. Namun, tidak semua pimpinan adalah
manajer, demikian pula sebaliknya, tidak semua manajer adalah pemimpin. Hanya
karena suatu organisasi memberikan hak - hak formal kepada manajernya, bukan
jaminan bahwa mereka mampu memimpin dengan efektif.
Organisasi membutuhkan kepemimpinan dan
manajemen yang kuat agar efektivitasnya optimal. Di dunia yang serba dinamis
seperti sekarang ini, kita membutuhkan pimpinan - pimpinan yang berani menentang
status quo, menciptakan visi masa depan, dan mengilhami anggota - anggota
organisasi untuk secara sukarela mencapai visi tersebut. Kita juga membutuhkan
manajer untuk merumuskan rencana yang mendetail, dan menciptakan struktur
organisasi yang efesien.
6. TEORI KEPEMIMPINAN
v
Teori Sifat
Sifat Kepemimpinan adalah
teori - teori yang mempertimbangkan berbagai sifat dan karakteristik pribadi
yang membedakan para pemimpin dari mereka yang bukan pemimpin dengan cara
berfokus pada berbagai siat dan karakteristik pribadi.
v Teori
Perilaku
Teori Perilaku Kepemimpinan
adalah teori -teori yang mengemukakan bahwa beberapa perilaku tertentu
membedakan dari mereka yang bukan pemimpin. Para peneliti di Ohio State
University berusaha mengidentifikasi dimensi - dimensi independen dari perilaku
pemimpin. Dimulai dengan lebih dari seribu dimensi menjadi dua kategori yang
pada dasarnya menjelaskan sebagian besar perilaku kepemimpinan sebagaimana
dideskripsikan par karyawan. Mereka menyebut kedua dimensi ini struktur awal
dan tenggang rasa.Struktur awal merujuk pada tingkat sampai mana seorang
pemimpin akan menetapkan dan menyusun perannya dan peran para bawahannya dalam
usaha mencapai tujuan. Sedangkan tenggang rasa dideskripsikan sebagai tingkat
sampai mana seorang pemimpin akan memiliki hubungan profesional yang ditandai
oleh kesalingpercayaan, rasa hormat terhadap ide - ide anak buah, dan rasa
hormat terhadap perasaan - perasaan mereka.Pada saat yang bersamaan, kelompok
dari University of Michigan menghasilkan dua dimensi perilaku kepemimpinan yang
mereka namai berorientasi karyawan dan berorientasi produksi. Pemimpin yang
berorientasi karyawan menekankan hubungan antarpersonal; mementingkan kabutuhan
para karyawan, dan menerima perbedaan - perbedaan individual di antara para
anggota. Pemimpin yang berorientasi produksi yaitu seorang pemimpin yang
menekankan aspek - aspek teknis atau tugas dari suatu pekerjaan tertentu.
v Perbedaan
antara teori sifat dengan teori perilaku, dalam penerapannya, terletak pada
asumsi - asumsi pokoknya. Teori sifat berasumsi bahwa pemimpin dilahirkan,
bukan diciptakan. Namun, bila ada perilaku - perilaku tertentu yang
mengidentifikasi pemimpin, kita bisa mengajarkan kepemimpinan. Kita bisa
merancang beragam program untuk menanamkan pola - pola perilaku ini dalam diri
mereka yang ingin menjadi pemimpin yang efektif.Berdasarkan bukti yang ada,
teori perilaku, seperti halnya teori sifat, memberi kita tambahan pemahaman
mengenai kepemimpinan yang efektif.
v Para
pemimpin yang memiliki sifat - sifat tertentu, dan yang menampilkan perilaku
tenggang rasa dan disiplin dalam kerja , memang lebih efektif.
Ø Teori
Sumberdaya Kognitif
Teori
kepemimpinan yang menyatakan bahwa stress secara negatif mempengaruhi suatu
situasi serta kecerdasan dan pengalaman bisa mengurangi pengaruh sterss yag
dirasakan pemimpin. Inti dari teori ini adalah bahwa stress merupakan musuh
rasionalitas. Sulit bagi para pemimpin untuk berpikir secara logis dan analitis
ketika sedang stress. Selain itu, peran kecerdasan dan pengalaman seorang
pemimpin dalam kaitannya dengan efektivitas berbeda dalam situasi stresstingkat
rendah dan tinggi.Kemampuan intelektual seorang pemimpin berhubungan secara
positif dengan kinerja dalam situasi stress tingkat rendah dan secara negatif
dalam situasi stress tingkat tinggi. Sebaliknya, pengalaman seseorang pemimpin
herhubungan secara negatif dengan kinerja dalam situasi stress tingkat rendah
dan secara positif dalam situasi stress tingkat tinggi. Jadi tingkat stress
yang terkandung dalam situasi menentukan apakah kecerdasan atau pengalaman
seorang individu yang akan memberikan kontribusi bagi kinerja kepemimpinan.Pada
kenyataannya, sebuah kajian menegaskan bahwa ketika tingkat stress rendah dan
pemimpin bersifat direktif (yaitu, ketika seorang pemimpin bersedia memberi
tahu orang mengenai apa yang harus dilakukan), kecerdasan memiliki peran
penting terhadap efektivitas seorang pemimpin.
7. GAYA KEPEMIMPINAN
v Model Fiedler
Model
kemungkinan Fiedler menyatakan bahwa kelompik yang efektif bergantung pada kesesuaian
antara gaya interaksi seorang pemimpin dengan bawahannya serta sejauh mana
situasi tersebut menghasilkan kendali dan pengaruh untuk pemimpin tersebut.
v Fiedler
mengidentifikasi tiga dimensi kemungkinan yang menurutnya, menentukan faktor -
faktor situasional kunci yang menentukan efektivitas kepemimpinan. Faktor -
faktor tersebut adalah hubungan pemimpin - anggota, struktur tugas, dan
kekuatan posisi. Ketiganya didefinisikan sebagai berikut :
1. Hubungan
pemimpin-anggota
Tingkat
kepatuhan, kepercayaan, dan rasa hormat yang dimiliki oleh bawahan terhadap
pimpinan mereka.
2.
Struktur tugas
Tingkat
sejauh mana penentuan pekerjaan diproseduralkan (yaitu, terstruktur atau tidak
terstruktur)
3.
Kekuatan Posisi
Pengaruh
yang berasal dari posisi struktural formal seseorang dalam organisasi; termasuk
kekuatan untuk mempekerjakan, memecat, mendisiplinkan, mempromosikan, dan
memberikan kenaikan gaji.
Berdasarkan
penelitiannya, Fiedler menyimpulkan bahwa pemimpin yang berorientasi tugas
cenderung bekerja secera lebih baik dalam situasi yang sangat tidak
menguntungkan mereka. Fiedler mengatakan bahwa pemimpin yang berorientasi tugas
bekerja sangat baik dalam situasi - situasi dengan tingkat kontrol yang tinggi
dan rendah, sementara pemimpin yang berorientasi hubungan kerja sangat baik
dalam situasi - situasi dengan tingkat kontrol yang modern.Terdapat dua cara
untuk meningkatkan efektivitas pemimpin. Pertama, mengganti pemimpin tersebut
agar sesuai dengan situasi yang ada. Misalnya, apabila situasi kelompok dinilai
sangat tidak menguntungkan tetapi saat itu mereka tengah dipimpin oleh seorang
manajer yang berorientasi hubungan, konerja kelompok dapat ditingkatkan dengan
mengganti manajer tersebut dengan seorang manajer lain yang berorientasi tugas.
Yang kedua, mengubah situasi agar sesuai dengan sang pemimpin. Hal tersebut
bisa dilakukan dengan cara melakukan restrukturisasi tugas atau meningkatkan
atau mengurangi kekuatan yang dimiliki oleh pemimpin untuk mengontrol berbagai
faktor seperti kenaikan gaji, promosi, dan tindakan disipliner.
8. DEFINISI KEKUASAAN
merupakan kemampuan yang dimiliki A untuk
memengaruhi perilaku B sehingga B bertindak sesuai dengan keinginan A.
Kekuasaan boleh saja ada, tetapi tidak digunakan, karena itu kekuasaan
merupakan suatu kemampuan atau potensi. Seseorang bisa saja memiliki kekuasaan
tetapi tidak menjalankannya. Barangkali aspek terpenting dari kekuasaan adalah
bahwa hal ini meruoakan fungsi ketergantungan. Semakin besar ketergantungan B terhadap A, semakin besar pula kekuasan A
dalam hubungan tersebut. Seseorang dapat memiliki kekuasaan atas diri anda
hanya jika ia mengendalikan sesuatu yang anda inginkan.
9.
MEMBANDINGKAN
KEPEMIMPINAN DAN KEKUASAAN
Konsep dari kepemimpinan dan kekuasaan adalah
saling bertautan.Para pemimpin menggunakan kekuasaan sebagai sarana untuk
mewujudkan tujuan kelompok.Para pemimpin mencapai tujuan, dan kekuasaan adalah
sarana untuk memudahkan usaha mereka tersebut.Kekuasaan tidak mengisyaratkan
tujuan melainkan ketergantungan seangkan kepemimpinan mensyaratkan kesesuaian
antara tujuan pemimpin dan mereka yang dipimpin.Perbedaan yang kedua yaitu
dengan arah pengaruh.Kepemimpinan berfokus padapengaruhkebawah kepada para
pengikut.Kepemimpinan meminimalkanpola-pola pemngaruh ke samping dan ke
atas.Kekuasaan tidak demikian. Perbedaan lain dengan penekanan penelitian.
Penelitian mengenai kepemimpinan, sebagianbesra menekankan gaya. Penelitian
tersebut mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyan seperti seberapa suportif
semestinya seorang pemimpin?sampai tingkat mana proses pengambilan keputusan
harus dilakukan bersama dengan para pengikut?sebaliknya, penelitian mengenai
kekuasaan cnderung mencakup bidag yang lebih luas dan terfokus pada
takti-taktik untuk memperoleh kepatuhan dari anak buah. Penelitian tersebut
melampaui individu sebagai pelaksana kekuasaan karena kekuasaan dapat digunakan
oleh kelompok dan juga individu untuk mengendalikan individu atau
kelompok-kelompok lain.
10.
LANDASAN KEKUASAAN
Landasan kekuasaan
atau sumber kekuasaan dibagi ke dalam dua kelompok umum yaitu Formal dan
Pribadi.
Ø Kekuasaan Formal
Kekuasaan formal
didasarkan pada posisi seorang individu dalam sebuah organisasi.Kekuasaan
formal dapat berasal dari kemampuan untuk memaksa atau memeberi imbalan atau
dari wewenang formal.Kekuasaan koersif.landasan
kekuasaan koersif adalah landasan
kekuasaan yang bergantung pada rasa takut.Seseorang memberikan reaksinya
terhadap kekuasaan ini karena rasa takut terhadap akibat-akibat negatif yang
mungkin terjadi jika ia tidak patuh. Kekuasaan koersif mengandalkan aplikasi,
atau ancaman apliasi, sanksi fisik yang menimbulkan rasa sakit, menimbulkan
frustasi melalui pembatasan gerak, atau pengendalian paksa terhadap kebutuhan
dasar fisiologis atau keamanan.
Di tingkat organisasi
A memiliki kekuasaan koersif atas B jika A dapat memberhentikan, menunda, atau
menurunkan pangkat B, dengan asumsi B menhargai pekerjaannya. Demikian pula,
jia A dapat menugasi B dengan aktivitas kerja yang tidak menyenangkan B atau
mengancam B sedemikian sehingga B dipermalukan, dapat dikatakan bahwa A
memiliki kekuasaan koersif atas B. Kekuasaan koersif juga diperoleh karena
seseorang memegang informasi kunci. Dalam sebuah organisasi, orang yang memiliki
data atau pengetahuan yang dibutuhkan orang lain dapat memuat orang lain
bergantung pada mereka.
Kekuasaan imbalan.kebalikan dari kekuasaan koersif adalah kekuasaan imbalan . orang memenuhi
keinginan atau arahan orang lain karena dengan berbuat demikian ia akan
mendapatkan manfaat positif, karena itu seseorang yang dapat membagikan imbalan
atau penghargaan yang dipandang orang lain bernilai akan memiliki kekuasaan
atas orang lain itu. Imbalan ini bisa bersifat finansial seperti pengendalian
tingkat upah, kenaikan upah, dan bonus atau nonfinansial yaitu termasuk
pengakuan, promosi, penugasan kerja yang menarik, kolega yang ramah, dan
wilayah kerja atau wilayah penjualan yang lebih disukai.Kekuasaan koersif dan
kekuasaan imbalan saling berlawanan. Jika dapat membuang sesuatu yang bernilai
positif dari orang lain atau menimbulkan sesuatu yang bernilai negatif, anda
memiliki kekuasaan koersif atas orang lain. Jika dapat memberi seseorang
sesuatu yang bernilaipositif atau mebuang sesuatu yang bernilai negatif, anda
memiliki kekuasaan imbalan atas orang itu.
Kekuasaan legitimasi.Dalam kelompok atau organisai formal, barangkali
akses yang paling mudah ditemuai pada satu atau lebih landasan kekuasaan
adalaha posisi steuktural seseorang.Hal ini disebut kekuasaan legitimasi.Kekuasan ini melambangkan kewenangan formal
untuk mengendalikan dan memanfaatkan sumber-sumber daya
organisasi.Posisi-posisi yang memiliki kewenangan mencakup kekuasaan koersif
dan imbalan.namun, kekuasaan legitimasi lebih luas daripada kekuasaan untuk
memaksa dan memberikan imbalan. secara spesifik kekuasaan ini mencakup
penerimaan wewenang suatu jabatan oleh anggota-anggota dalam sebuah organisasi.
Ø Kekuasaan Pribadi
Anda tidak harus
memiliki posisi formal dalam sebuah organisasi untuk memilikekuasaaan. Banyak
diantara perancang cip yang paling cakao dan produktif di Intel,misalnya,
memiliki kekuasaan, tetapi mereka bukan manajer dan tidak memegang kekuasaan
formal. Yang mereka miliki adalah kekuasaan pribadi yaitu kekuasaan yang
berasal dari karakteristik individual mereka yang unik. Dalam bagian ini, kita
akan mengamati dua basis kekuasaan pribadi- keahlian dan rasa hormat serta
kagum dari orang lain
Kekuasaan karena keahlian. Kekuasaan karena
keahlian adalah pengaruh yang
diperoleh dari keahlian, ketrampilan khusus,atau pengetahuan. Keahlian telah
menjadi salah satu sumber pengaruh yang paling kuat karena dunia sudah semakin
berorientasi pada teknologi.Karena pekerjaan semakin terspesialisasi, kita
menjadi semakin bergantung kepada para ahli untuk mencapai tujuan.Jadi,
meskipun secara umum diakui bahwa dokter memiliki keahlian dan dengan demikian
memiliki kekuasaan sebagai ahli- sebagian besar di antara kita mengikuti
saran-saran yang diberikan oleh dokter kita. Anda juga harus mengakui bahwa para
spesialis bidang komputer, akuntan oajak,ahli ekonomi,psikologi iindustri, dan
spesialis lain mampu menjalankan kekuasaan sebagai hasil dari keahlian mereka.
Kekuasaan rujukan.Kekuasaan rujukan didasarkan pada identifikasi terhadap seseorang
yang memiliki sumber daya atau sifat-sifat personal yang menyenangkan. Jika
saya menyukai,menghormati, dan mengagumi Anda, Anda dapat menjalankan kekuasaan
atas saya karena saya ingin menyenangkan hati anda.Kekuasaan rujukan berkembang
dari kekaguman terhadap orang lain dan hasrat untuk menjadi seperti orang
tersebut. Hal ini membantu menjelaskan misalny, mengapa para selebriti dibayar
jutaan dolar untuk mempromosikan produk-produk yang diiklankannya. Salah satu
cara orang mendapatkan kekuasaan rujukan yaitu dengan karisma. Sebagian orang
memiliki kekuasaan semacam ini yang walaupun tidak menduduki posisi
kepemimpinan formal, mampu memanfaatkan pengaruhnya terhadap orang lain
lantaran dinamisme karismatik, rasa gembira, dan efek emosional mereka atas
kita.
11. TAKTIK KEKUASAAN
Taktik kekuasaan adalah apa yang orang gunakan untuk menerjemahkan landasan kekuasaan
menjadi tindakan tertentu? dengan kata lain, pilihan-pilihan apa saja yang
dimiliki seseorang untuk memengaruhi atasan,rekan kerja,atau karyawan
mereka?dan apakah ada dari pilihan-pilihan tersebut yang paling efektif?arti
sebenarnya dari taktik kekuasaan yaitu cara individu menerjemahkan landasan
kekuasaan ke dalam tindakan-tindakan tertentu.
v Penelitian telah mengidentifikasikan sembilan macam
taktik pengaruh:
·
Legitimasi.mengandalkan posisi kewenangan seseorang atau menekankan bahwa sebuah
ermintaan selaras dengan kebijakan atau ketentuan dalam organisasi.
·
Persuasi rasional.menyajikan argumen-argumen yang logis dan berbagai
bukti faktual untuk memperlihatkan bahwa sebuah permintaan itu masuk akal.
·
Seruan inspirasional.mengembangkan komitmen emosional dengan cara
menyerukan nilai-nilai, kebutuhan,harapan,dan aspirasi sebuah sasaran.
·
Konsultasi.meningkatkan motivasi dan dukungan dari pihak yang menjadi sasaran
dengan cara melibatkannya dalam memutuskan bagaimana rencana atau perubahan
akan dijalankan.
·
Tukar pendapat. Memberikan imbalan kepada target atau sasaran berupa uang atau
penghargaan lain sebagai ganti karena mau menaati suatu permintaan.
·
Seruan pribadi. Meminta kepatuhan berdasarkan persahabatan tau kesetiaan.
·
Menyenangkan orang lain. Menggunakan rayuan, pujian, atau [erilaku
bershabat sebelum membuat permintaan.
·
Tekanan. Menggunakan peringatan,tuntutan tugas,dan ancaman.
·
Koalisi. Meminta bantuan orang lain untuk membujuk sasaran atau menggunakam
dukungan orang lain sebagai alasan si sasaran agar setuju.
Beberapa taktik
tersebut umumnya lebih efektif daripada yang lain. Secara khusus, bukti
menunjukan bahwa persuasi rasional,seruan inspirasional,dan konsultasi
cenderung menjadi cara yang paling efektif diantara kesembilan taktik yang
lain. Anda juga dapat meningkatkan kemungkinan keberhasilan Anda dnegan cara
menerapkan lebih dari satu jenis taktik pada saat bersamaan atau secara
berurutan, sepanjang pilihan-pilihan taktik Anda itu selaras.
Tetapi, beberapa
taktik berfungsi lebih bai bergantung pada arah dari pengaruh.Sebagaimana yang
ada dalam Tampilan 14-2, beberapa studi menemukan bahwa persuasi rasional
merupakan satu-satunya taktik yang efektif di seluruh tingkatan
organisasi.Seruan inspirasional sangat baik sebagai taktik memengaruhi
bawahan.Jika tekanan berhasil maka hampir dapat dipastikan bahwa hal ini hanya
mampu berpengaruh ke bawah.Seruan pribadi dan koalisi paling efektif digunakan
dengan upaya-upaya yang memiliki pengaruh lateral. Selain arah engaruh,
sejumlah faktor lain ditemukan juga memengaruhi taktik yang paling berfungsi.
Faktor-faktor ini meliputi pengurutan taktik, ketrampilan seseorang dalam
menggunakan taktik, kekuasaan kerabat seseorang, jenis permintaan dan bagaimana
permintaan tersebut dimengerti,kultur organisasi,serta faktor-faktor kultur
tertentu dari suatu negara.
Kiranya akan lebih
efektif jika Anda mulai dengan taktik yang “lebih halus” yang mengandalkan
kekuasaan pribadi seperti seruan pribadi dan inspirasional, persuasi rasional,
dan konsultasi. Jika taktik-takti ini gagal,anda bisa beralih ke taktik-taktik
yang”lebih keras” seperti tukar pendapat, koalisi,dan tekanan. Yang menarik,
ditemukan petunjuk bahwa penggunaan suatu taktik halus lebih efektif daripada
suatu taktik yang lebih keras dan bahwa gabungan dua taktik halus,atau sebuah
taktik halus dan persuasi rasioanal, lebih efektif daripada taktik tunggal
manapun atau gabungan taktik-taktik keras.Beberapa kajian menemukan bahwa
sebuah taktik berkemungkinan berhsil lebih besar jika pihak sasaran atau target
memandangnya sebagai bentuk perilaku pengaruh yang dapat diterima secara
sosial, pelakunya memiliki posisi dan kekuasaan pribadi yang memadai untuk
menggunakan taktik itu, taktik itu dapat memengaruhi sikap pihak sasaran
menyangkut permintaan tertentu, digunakan secara trampil, digunakan untuk
meminta sesuatu yang masuk akal,dan selaras dengan nilai-nilai dan kebutuhan
pihak sasaran.
Kita menyadari bahwa
kultur di dalam organisasi berbeda antara satu dengan yang lainnya misalkan
sebagian organisasi lebih memiliki suasana hangat,santai,dan mendukungnya;sebagian
yang lainnya lebih formal dan konservatif. Karena itu kultur organisasi dimana
orang bekerja akan berpengaruh dalam menentuka taktik-taktik yang dianggap
tepat. Sebagian kultur mendorong penggunaan partisipasi dan konsultasi,
sebagian lain mendorong pemikiran rasional, dan sebagian lainnya lagi
mengandalkan tekanan. Jadi organisasi itu sendiri akan memengaruhi rangkaian
taktik kekuasaan yang dipandang bisa diterima untuk digunakan.Terakhir, bukti menunjukan bahwa orang di negara yang
berbeda cenderung lebih menykai taktik kekuasaan yang berbeda. Sebagai contoh
sebuah studi yang membandingkan para manajer di Amerika Serikat dan Cina
menemukan bahwa para manajer di Amerika Serikat memandang pemikiran rasional
sebagai taktik yang paing efektif, sedangkan para manajer di Cina lebih
menyukai taktik koalisis (kekuasaan dalam kelompok : koalisi)Mereka
yang “berada di luar lingkaran kekuasaan” dan berusaha “masuk” ke dalam
kelompok mula mula akan mencoba memperbesar kekuasaan mereka secara individual.
Mengapa puas dengan remah – remah jika kita bisa mendapatkan keuntungan
lebih?Tetapi, jika upaya ini terbukti tidak efektif, alternatifnya adalah
membentuk sebuah koalisi (coalition).
Suatu kelompok informal yang di ikat oleh satu isu perjuangan yang sama. Alasan
membentuk koalisi?Adalah dapat mempersatukan kelompok.
Orang – orang yang
menginginkan kekuasaan akan berupaya membangun landasan kekuasaan pribadi.
Tetapi, dalam banyak contoh, hal ini mungkin sulit, beresiko, mahal, atau
bahkan mustahil. Bila demikian, upaya akan dilakukan untuk membentuki koalisi
dari dua atau lebih orang di luar kekuasaan yang dengan bersatu, dapat
menggabungkan sumber – sumber daya mereka guna mengungkapkan kekuasaan.
v
Tiga prediksi yang
dapat kita buat mengenai pembentukan koalisi.
1.
Pertama koalisi dalam organisasi sering kali
berupaya memperbesar ukuran mereka sampai maksimal. Dalam teori ilmu politik,
koalisi bekerja secara lain mereka mencoba meminimalkan ukuran.
2.
Prediksi kedua mengenai koalisi yang berkaitan
dengan kadar kesaling ketergantungan di dalam organisasi. Lebih banyak koalisi
yang bisa tercipta bila mana terdapat banyak ketergantungan tugas dan sumber
daya. Sebaliknya, akan terdapat lebih sedikit saling ketergantungan di antara
berbagai sub yunit dan lebih sadikit aktifitas pembentukan koalisibila mana
berbagai sub yunit itu mandiri dengan sumber daya yang melimpah.
3.
Prediksi yang
terakhir, pembentukan koalisi akan di pengaruhi tugas tugas aktual yang
dijalankan oleh pekerja. Semakin rutin tugas kelompok, semakin besar
kemungkinan akan terbentuk koalisi. Semakin rutin pekerjaan yang orang lakukan
semakin besar ketergantungan mereka. untuk mengimbangi ketergantungan ini,
membutuhkan koalisi. Ini membantu menjelaskan sejarah terbentuknya serikat
–serikat, khususnya diantara pekerja yang berketrampilan rendah.
12. DEFINISI DPOLITIK
Perilaku politik (political behaviour) adalah kegiatan
yang tidak di pandang sebagian dari peran formal seseorangdalam organisasi,
tetapi dapat mempengaruhi,atau berusaha mempengaruhi, distribusi keuntungan dan
kerugian di dalam organisasi. Definisi ini mencakup elemen – elemen kunci dari
apa yang dimaksutkan oleh kebanyakan orang ketika mereka berbicara tentang
politik berorganisasi. Selainn itu,definisi ini mencakup berbagai upaya untuk
mempengaruh.i tujuan, kreteria, atau proses – proses yang di gunakan dalam penganmbilan keputusan ketika kita
menyatakan bahwa terkait dengan “distribusi keuntungan dan kerugian di dalam organisasi”.
Definisi ini cukup luas untuk mencakup beragam perilaku politik seperti menahan
informasi kunci dari pengambil keputusan, bergabung dalam koalisi, mencari-cari
kesalahan menyebarkan rumor, membocorkan informasi rahasia tentang kegiatan
organisasi kepada media, saling menyenangkan orang lain di dalam demokrasi
untuk memperoleh manfaat bersama, dan melobi atas nama atau melawan seseorang
atau alternatif keputusan tertentu.
Perilaku politik yang
sah (legitimate political behaviour)
adalah politik sehari- hari yang muncull dengan wajar.Hal tersebut seperti
membangun koalisi, menentang kebijakanatau organisasi lewat pemogokan atau
dengan terlalu berpegang ketat pada ketentuan yang ada, dan menjalin hubungan
ke luar organisasi melalui kegiatan profesi.Sedangkan perilaku politik yang
tidak sah (illegitimate political
behaviour) adalah perilaku politik berat yang menyimpang dan aturan main
yang telah ditentukan. Kegiatan yang tidak sah tersebut meliputi sabotase,
melaporkan kesalahan, dan protes- protes simbolis seperti mengenakan pakaian nyeleneh atau memakai bros tanda protes,
dan bebderapa karyawan yang secara serentak berpura- pura sakit agar tidak
perlu masuk kerja. Mayoritas tindakan politik dalam organisasi bersifat
sah.Alasan secara pragmatis adalah bentuk perilaku politik yang tidak sah dan
ekstrem jelas membuat pelakunya berisiko kehilangan keanggotaan dalam
organisasi atau menerima sanksi berat selain, lebih jauh, hasil dan tindakan
mereka itu belum bisa dipastikan positif.
13. REALITAS POLITIK
Politik adalah sebuah
kenyataan hidup organisasi. Orang yang mengabaikan kenyataan ini akan
menanggung sendiri resikonya. Organisasi terbentuk dari individu dan kelompok
dengan nilai, tujuan, dan konflik untuk memperebutkan sumber daya.Contoh yang
biasa diperebutkan oleh karyawan adalah anggaran apartemen, alokasi ruamg,
tanggung jawab proyek dan penyesuaian gaji.
Sumber daya yang
dimiliki organisasi juga ada batasnya, sehingga potensi berubah menjadi konflik
nyata.Jika sumber daya melimpah, semua konsumen yang beragam dalam organisasi
dapat memenuhi kebutuhannya.Tetapi karena sumber daya terbatas, tidak setiap
kepentingan dapat terlayani. Keuntungan satu orang atau kelompok sering kali
dipahami akan diperoleh dengan mengorbankan orang atau kelompok lain dalam
organisasi. Adanya beberapa kekuatan ini menciptakan persaingan di antara para
anggota untuk memenangkan sumber daya organisaasi yang terbatas.
14.
EFEKTIVITAS
KEPEMIMPINAN
Efektifitas
kepemimpinan menjadi salah satu tanggung jawab perilaku organisasi.
Kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi individu atau kelompok agar
secara sadar dan secara harmonis bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Kata
“sadar” menunjukkan bahwa kepemimpinan didasarkan oleh kerelaan dan bukan
paksaan.
Pengakuan
terhadap pentingnya variabel kepemimpinan dalam organisasi telah menjadi dasar
analisis para ahli dari berbagai kalangan.Dari analisis itu terungkap
pentingnya strategi kepemimpinan yang dirumuskan dalam berbagai bentuk perilaku
kepemimpinan yang efektif. Teori kepemimpinan perilaku (Hersey & Blanchard,
1982) yang sudah lama dikenal misalnya, memandang kepemimpinan yang efektif
(yang mendorong kinerja bawahan) adalah kepemimpinan yang memperhatikan dua
aspek secara bersamaan: orientasi terhadap tugas dan orientasi terhadap
manusia. Orientasi terhadap tugas melahirkan kepemimpinan yang memiliki visi
yang jelas, tugas yang jelas dan sistem komunikasi yang permanen.Orientasi
terhadap manusia melahirkan kepemimpinan kesejawatan; kemauan pemimpin
mendengarkan suara hati bawahan, memanusiakan bawahan dan mendorong partisipasi
bawahan dalam berbagai aspek kehidupan organisasi.Banyak bukti menunjukkan
bahwa penerapan kepemimpinan partisipatif meningkatkan komitmen bawahan
terhadap tugas dan pada gilirannya meningkatkan kinerja mereka.
Secara lebih spesifik,
Secara lebih spesifik,
v Dimensi hubungan manusia dicirikan oleh tiga aspek:
1. pemimpin menyiapkan waktu untuk mendengarkan anggota kelompoknya
2. pemimpin berkeinginan membuat perubahan
3. pemimpin yang bersifat bersahabat dan dekat dengan bawahan.
v Dimensi tugas dicirikan oleh:
1. pemimpin yang selalu memberikan tugas kepada anggota kelompok
2. pemimpin menetapkan standar dan peraturan yang harus diikuti oleh
anggota kelompok
3. pemimpin mengharapkan anggota untuk mengetahui apa yang diharapkan
dari mereka.
15.
PENGERTIAN POLITIK
DALAM ORGANISASI
Pengertian politik dengan politik dalam organisasi
hampir bersinggungan.Konsep-konsep kekuasaan, influence (pengaruh), resources
(sumberdaya), interest (kepentingan), merupakan sejumlah konsep yang
melekat di dalam definisi politik maupun politik organisasi.Politik tidak
selalu berarti buruk.Politik adalah media kompetisi gagasan antar sejumlah
pihak yang berbeda guna mencapai tujuan masing-masing. Sedangkan politik
keorganisasian adalah tindakan-tindakan
yang diambil untuk memperoleh dan menggunakan power (kekuasaan) dalam hal
pengendalian sumber daya organisasi demi mencapai hasil yang diharapkan oleh
satu pihak terhadap pihak lain.
16. PERILAKU POLITIK DALAM ORGANISASI
Ketika organisasi
melakukan perampingan untuk meningkatkan efisiensi, pengurangan sumber daya
harus dilakukan. Terancamnya kehilangan sumber daya, orang dapat terlibat dalam
tindakan politik untuk mengamankan apa yang mereka miliki. Tetapi perubahan apa
pun,khususnya yang mengimplikasi
realokasi sumber daya dalam organisasi secara signifikan, berkemungkinan
merangsang timbulnya konflik dan meningkatkan politisasi.
Keputusan promosi
senantiasa ditengarai sebagai salah satu tindakan paling poitis dalam
organisasi.Peluang promosi atau kemajuan mendorong orang untuk bersaing
mendapatkan sumber daya yang terbatas dan mencoba secara positif memengaruhi
hasil keputusan.Semakin kecil kepercayaan yang ada dalam organisasi, semakin
tinggi tingkat perilaku politik dan semakin mungkin perilaku politik itu akan
tidak sah. Karenanya, tingkat kepercayaan yang tinggi secara umum akan menekan
tingkat perilaku politik dan secara khusus akan menghambat tindakan politik
yang tidak sah.
Kegiatan politik
didefinisikan sebagai kegiatan yang tidak disyaratkan sebagai bagian dari peran
formal seseorang, semakin besar ambiguitas peran semakin banyak seseorang dapat
terlibat dalam kegiatan politik dengan peluang kegiatan itu terlihat
kecil.Apabila kultur sebuah organisasi
menekankan pada pendekatan zero-sum atau menang-kalah dalam kebijakan alokasi
imbalannya, karyawan akan semaki n termotivasi untuk melibatkan diri dalam
politisasi. Pendekatan zero-sum menganggap imbalan sebagai harga mati sehingga
keuntungan apa pun yang didapat satu orang atau kelompok harus diperoleh dengan
mengorbankan orang atau kelompok lain. Jika saya menang,anda harus
kalah!Praktik semacam ini mendorong seorang karyawan untuk menjelek-jelekkan
karyawan lain dan membesar-besarkan
peran diri sendiri. Saat ini para manajer
di berbagai organisasi di dorong untuk ebih bersikap demokratis. Manajer
diminta untuk lebih terbuka terhadap masukan dari para karyawan dalam proses
pengambiln keputusan dan mau mendengarkan saran dari kelompok dalam proses yang
sama. Tetapi tidak semua manajer menganut demokrasi. Banyak manajer menggunakan kedudukan untuk melegitimatisi
kekuasaan dan membuat keputusan yang bersifat sepihak. Para karyawan semakin
merasakan tekanan besar untuk meningkatkan kinerja mereka sehingga besar
kemungkinan mereka terlibat dalam proses politisasi. Persepsi politik dalam
organisasi mempunyai hubungan yang negatif terhadap kepuasan kerja.Persepsi
terhadap politik dalam organisasi juga cenderung meningkatkan kecemasan dan
stres kerja.Selain itu tingkat perputran karyawan meningkat dan dapat
menurunkan kinerja karyawan.
17. TAKTIK MEMAINKAN POLITIK DALAM ORGANISASI
o
Meningkatkan ketidakmampuan mengganti.
Jika dalam suatu
organisasi hanya ada satu-satunya orang atau subunit yang mampu melakukan tugas
yang dibutuhkan oleh subunit atau organisasi, maka ia atau subunit tersebut
dikatakan sebagai memiliki ketidakmampuan mengganti.
o Dekat dengan manajer yang berkuasa.
Cara
lain untuk memperoleh kekuasaan adalah dengan mengadakan pendekatan dengan manajer
yang sedang berkuasa.
o Membangun koalisi.
Melakukan koalisi
dengan individu atau subunit lain yang memiliki kepentingan yang berbeda
merupakan taktik politik yang dipakai oleh manajer untuk memperoleh kekuasaan
untuk mengatasi konflik sesuai dengan keinginanya.
o Mempengaruhi proses
pengambilan keputusan.
Dua taktik untuk
mengendalikan proses pengambilan keputusan agar penggunaan kekuasaan nampaknya memiliki legitimasi dan sesuai
dengan kepentingan organisasi yaitu mengendalikan agenda dan menghadirkan ahli
dari luar.
o Menyalahkan atau
menyerang pihak lain.
Manajer biasanya
melakukan ini jika ada sesuatu yang tidak beres atau mereka tidak dapat
menerima kegagalannya dengan cara menyalahkan pihak lain yang mereka anggap
sebagai pesaingnya.
o Memanipulasi informasi.
Taktik
lain yang sering dilakukan adalah manipulasi informasi. Manajer menahan
informasi, menyampaikan informasi kepada pihak lain secara selektif, mengubah
informasi untuk melindungi dirinya.
o Menciptakan dan menjaga image yang baik.
Taktik
positif yang sering dilakukan adalah menjaga citra yang baik dalam organisasi
tersebut. Hal ini meliputi penampilan yang baik, sopan, berinteraksi dan
menjaga hubungan baik dengan semua orang, menciptakan kesan bahwa mereka dekat
dengan orang-orang penting dan hal yang sejenisnya.
o Etika Berperilaku secara politis
Berperilaku
politik secara etis tidah ada standart-standart yang dapat membedakan apakah
kegiatan berpolitik yang kita jalankan itu etis atau tidak etis. Tetapi ada
beberapa pertanyaan yang dapat menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan etis
atau tidaknya berperilaku politis. Dan pertanyaan itu ditujukan kepada diri
sendiri. Pertanyaannya adalah apa guna berperilaku seperti itu? Selain itu
sebelum berbuat demikian hendaknya menimbang dan memikirkan apakah hal yang
dilakukan sepadan dengan resikonya. Dan yang terakhir adalah apakah kegiatan
politik selaras dengan standar kesetaraan dan keadilan. Tetapi, jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut sering diperdebatkan dengan berbagai cara
agar praktik-praktik yang tidak etis menjadi etis.
Suatu organisasi akan berhasil dalam mencapai
tujuan dan program-programnya jika orang-orang yang bekerja dalam organisasi
tersebut dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik sesuai dengan bidang dan
tanggung jawabnya. Dalam suatu organisasi, berhasil atau tidaknya tujuan
tersebut sangat dipengaruhi oleh factor-faktor seperti pemimpin dan orang yang
dipimpinnya, serta perilaku organisasi yang dijalankannya. Kepala sekolah
sebagai seorang pemimpin di lingkungan satuan pendidikan harus mampu mewujudkan
tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Kepemimpinan dalam lingkungan satuan
pendidikan selalu melibatkan upaya seorang kepala sekolah untuk mempengaruhi
perilaku organisasi, para pengikut/guru dalam suatu situasi. Agar kepala
sekolah dapat melaksanakan fungsi kepemimpinannya, dia bukan saja harus
memiliki wibawa tetapi harus memiliki kesanggupan untuk menggunakan wibawa ini
terhadap para guru supaya diperoleh kinerja guru yang baik. Dalam sebuah
organisasi perlu ditetapkan arah perilaku organisasi dan azas-azasnya.
Diantaranya adalah pembagian tugas. Yang perlu diperhatikan dalam azas
pembagian tugas ini adalah kemampuan dari individu-individu yang diserahi
tugas. Dengan demikian dalam suatu organisasi perlu adanya manajemen efektif
yang mampu mengarahkan dan membina perilaku organisasi dan administrasi.
Dari uraian tersebut di atas, maka perilaku suatu
organisasi dapat berpengaruh sangat besar dalam pencapaian tujuan/ visi dan
misi suatu organisasi maupun dalam tatanan hidup di masyarakat. Robbins (2002).
Menjelaskan perilaku organisasi berupaya mengetahui faktor-faktor penyebab
perilaku seseorang atau kelompok. Penjelasan terhadap suatu fenomena dalam
manajemen merupakan hal penting karena membantu para manajer atau pemimpin tim
dalam melakukan sasaran lain yaitu mengendalikan situasi penyebab perilaku individu
atau kelompok kerja tersebut.
Atas pemahaman tersebut, dapat diketahui bahwa
manajemen dalam suatu organisasi merupakan suatu keahlian menggerakkan dan
mengendalikan orang lain untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.
Dengan demikian aktifitas dari kegiatan organisasi ditentukan oleh peran
seorang pemimpin dan dibantu oleh individu-individu yang menjadi bawahannya.
Dan di setiap lembaga satuan pendidikan tentu mempunyai seorang kepala sekolah
sebagai pemimpin dan guru, serta karyawan sebagai bawahannya.
KESIMPULAN
Tujuan kajian
perilaku organisasi pada dasarnya ada tiga, yaitu menjelaskan, meramalkan, dan
mengendalikan perilaku manusia.Robbins (2002).Menjelaskan, kajian perilaku
organisasi berupaya mengetahui faktor-faktor penyebab perilaku seseorang atau
kelompok. Penjelasan terhadap suatu fenomena dalam manajemen merupakan hal
penting karena membantu para manajer atau pemimpin tim dalam melakukan sasaran
lain yaitu mengendalikan situasi penyebab perilaku individu atau kelompok kerja
tersebut.
Sasaran pertama
yaitu meramalkan berarti perilaku organisasi membantu memprediksi nisasi di
masa mendatang.Pengetahuan terhadap faktor-faktor penyebab munculnya perilaku
individu atau kelompok membantu manajer meramalkan akibat-akibat dari suatu
program atau kebijakan organisasi.Hal ini membantu melakukan pengendalian
preventif terhadap perilaku individu dan kelompok dalam organisasi.
Sasaran kedua yaitu
mengendalikan mengandung arti bahwa perilaku organisasi menawarkan berbagai
strategi dalam mengarahkan perilaku individu atau kelompok. Berbagai strategi
kepemimpinan, motivasi, dan pengembangan tim kerja yang efektif merupakan
contoh-contoh dalam mengarahkan perilaku individu dan kelompok.Berhasil atau
tidaknya organisasi mencapai visi dan misinya juga dipengaruhi oleh perilaku
kepemimpinan dalam organisasi seperti: “membuat keputusan, menetapkan sasaran,
memilih dan mengembangkan personalia, mengadakan komunikasi, memberikan
motivasi, dan mengawasi pelaksanaan manajemen”.
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, Malayu S.P, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta:
PT. Bumi Aksara
Mulyasa, E, 2005, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PT
Remaja-Rosdakarya
Brich, P (1999). Instant Leaderhip. Terjemahan P. Hendrardjo. 2001.
Instant Leadership: 66 Cara Instant Memiliki Kepemimpinan Praktis. Jakarta:
Penerbit Erlangga.

Tiada ulasan:
Catat Ulasan
berkomentarlah dengan bijak sahabat semua.