Sabtu, 8 Jun 2013

jihad itu bukan terorisme


JIHAD ITU (BUKAN) TERORISME
mati di jsesungguhnya jihad di era sekarang bukanlah mencari alan Allah tetapi bagaimana kita berusahaha hidup bersama-sama di jalan Allah.”
(Gammal al-Banna)

Kalau ada anjing menggit manusia maka itu bukanlah berita. Tetapi kalau suatu saat ada manusia menggit anjing itulah berita.  Ungkapan tersebut lazim dikenal dalam dunia jurnalistik. Sebuah berita yang baik adalah berita yang unik, aneh, dan bahkan nyeleneh. Berita yang positif, standar, normal dan sudah menjadi pengetahuan umum memang tidak banyak menita perhatian. Ada lagi istilah “ A bad news is a goog news “.
            Pengaruh media massa dalam kehidupan sosial luar biasa dahsyat. Tingkat kepercayaan dan kenyamanan masyarakat terhadap media boleh dikatakan masih tinggi. Buktinya, berita media masih menjadi konsumsi rutin dalam jumlah yang tidak sedikit. Akibatnya, ketika media melakukan upaya : penggiringan opini “ masyarakat tidak menyadarinya. Apa yang disaksikan dan dibaca dianggap sebagai fakta yang sesungguhan.
            Banyak media yang seharusnya menyampaikan fakta yang sebenarnya justru justru menampilkan yang sebaliknya. Sikap yang demikian dilakukan media yang berkempentingan untuk membangun persepsi di masayarakat. Betapapun demikian masih ada media yang melakukan pemberitaan secara aktual dan berimbang. Namun hal itu nampaknya tidak terjadi dalam setiap pemberitaan.
            Seperti di jelaskan oleh Iwan Awaludin Yusuf, S.IP, M, Si, dalam tulisnya (jurnal al-islamiyah), bahwa media akan melakukan seleksi fakta. Sebuah berita yang masuk ke ruang redaksiakan melewati proses penyaringan yang tidak sederhana. Apa yang diterima masyarakat sebagai penikmat berita akhirnya berupa “ fakta semu” , jika tidak cermat dan cerdas dalam menyikapinya akan menimbulkan simpulan yang sah.
            Sungguh firman Allah dalam surat al-Hujarat (49) ayat 6 memberikan peringatan penting dalam hal penerimaan berita.   Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.Klarifikasi atau tabayyun itu penting dalam setiap berita yang diterima.

Media Dan Terorisme
            Masalah terorisme senantiasa menarik untuk diperbincangkan . mendengar kata terorisme maka akan muncul di benak banyak pihak bahwa umat islam yang paling pantas disebut sebagai subyeknya. Maraknya “ Terorisme” di dunia secara tidak langsung mengubah citra islam yang santun menjadi islam yang “ garang” dan “pro” semua jenis peperangan dan intimidasi. Islam dicaci maki, umat islam menjadi golongan yang patut dicurigai.
            Kalau kita mencoba memahami islam secara benar dan menyeluruh, benarkah islam itu megajarkan kebencian dan terorisme? Apakah islam menganjurkan pemeluknya untuk menghabisi golongan umat yang memiliki konsep ketuhanan yang berbeda? Sekali lagi, apakah islam menolak keberagamaan sehingga perbedaan keyakinan harus ditumpas begitu saja dan diberangus dengan semena-mena ?
            Jawaban dari beberapa pertanyaan tersebut adalah “ penegasan”. Islam justru menegaskan sikap santun dan damai dalam hidup dan kehidupan. Perbedaan dalam islam adalah sunatullah yang karenanya manusia diuji untuk mampu bersikap dewasa dalam menyikapinya. Seandainya memang ada pihak-pihak yang menyuarakan kekerasan maka tidak semestinya hal itu dipersepsikan ke tubuh islam secara total.
            Seperti dijelaskanm di atas tentang kuatnya pengaruh media. Media juga berperan penting terhadap pencitaraan islam sebagai sebuah agama yang sejatinya menolak kekerasan. Sayangnya, banyak mendia yang langsung menyudutkan islam dengan adanya aksi-aksi terorisme  yang terjadi di dunia. Padahal, media belum melakukan chek and richeck secara akurat dan meyakinkan. Sementara itu , islam sudah terlanjur menerima akibat negatifnya.
            Ketika ada sebagian umat islam yang menyuarakan islam dengan cara yang mungkin berbeda dengan kebanyakan, media buru-buru menganggapnya sebagai model dakwah yang kontraproduktif. Kalau di lacak lebih jauh, mereka yang bersikap demekian lebih karena bertahan, membela diri dari serangan pihak lai, ironisnya, pembelaan itu dianggap upaya ofensif  (menyerang) sehingga pelakunya layak disebut teroris.
            Medai boleh dikatakan tidak fair dalam menampikan isu terorisme. Tidak dimungkiri bahwa ada juga sikao umat islam yang mengarah kesana. Namun perlu diketahui pula bahwa sesungguhnya semua agama , menurut Ari Wibowo, S. HI. S.H, M. H berpotensi melakukan teorisme. Namun, saat ini terorisme karena ula media, hanya diperuntukan secara tungga kepada umat islam. Islam akhirnya identik dengan terorisme.
Misionarisme
            Dalam islam ada  konsep jihad. Secara bahasa , jihad berarti berjuabg dengan sekuat tenaga alias sungguh-sungguh jihad, kalau dibaca dalam al-Qur’an memang lebih banyak berkisah tentang peperangan. Sementara dala hadis Rasulullah selain masalah perang, jihad dimakanai lebih komperehensif dan universal. Misalnya, Rasulullah setelah perang badar bersabda bahwa ada jihad yang lebih besar yaitu jihad melawan hawa nafsu (jihadu al-Nafs).
            Semua agama tentunya memiliki misi untuk memperluas ajarananya. Oleh karena itu, istilah misionaris itu sebenarnya tidak harus identik dengan agam tertentu. Islampun berhak untuk menyandangnya, sebab dalam islam istila “dakwah” yang salah satunya bagaimana agar islam dikenal dan dianut oleh orang yang sebelumnya beragama lain. Harus dipahami pula bahwa dakwah dalam islam harus santun, ada aturannya.
            “al-isl mu ‘aqidatun wa syar’atun “. Islam itu adalah akidah dan sekaligus syari’at atau jalan hidup. Berislam itu ada aturan mainnya. Termasuk bagaimana mendakwahkan islam itu sendiri. Misi penyebaran  islam tidak sepantasnya dilakukan secara paksa. Sebab, ditegaskan dalam surat al-baqarah (2) ayat 256, bahwa : Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.. telah jelas mana yang jalan benar dan aman jalan yang menyesatkan.
            Dakwah (panggilan kepada jalan tuhan) itu sebaiknya dilakukan dengan himah (kebijaksanaan), pelajaran yang baik, dan diskusi dengan cara yang terbaik. Jelas sekali, bahwa sikap yang keras dan permusuhan. Kalau begitu bagaimana dengan perperangan di zaman Rasululullah ?  bukankah peperang iti bagian dari kekerasaan ? benar, bahwa banyak sejarah perang yang sampai kepada kita. Perlu dikaji lebih lanjut masalah perang ini, pastinya perang dalam islam sebenarnya lebih banyak dilakukan sebagi upaya pembelaan (defensif). Tepatnya peperangan  dalam islam itu solisi terakhir , dan bukan cara utama dan pertama.
            Peperangan memang ada dalam kondisi tertentu diwajibkan dalam islam. Tetapi harus diingat bagaimanapun perang adalah sesuatu yang tidak disukai oleh umat islam itu sendiri. Lebih lanjut dapat dibaca dalam surat al-baqarah ayat 216. Dari sini dapat dipahami bahwa kalau ada jalan lain selain perang maka itu lebih baik.