RESUME
ILMU HADITS
“ Metode
penuliasan kutubus sitta “
(Imam
bukhari, Imam muslim, Imam abu daud, Imam tirmidzi, Imam nasa’i dan Imam ibnu
majah)

Tahun ajaran 2012/2013
Dosen pengampuh :
Drs. H . Asmuni M. A
Disusun oleh :
Hamdani Hakim
11421021
PRODI HUKUM ISLAM ( SYARI’AH )
FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
1.
IMAM BUKHARI ( shahih al bukhari )
Kitab
ini diberi judul Al Jami’ Ash Shahih oleh penyusunnya. Beliau menyeleksi
hadits yang tercantum dalam kitab ini dari 600 ribu hadits. Beliau rahimahullah
bersusah payah dalam memilih, menyeleksi dan mencari hadits yang shahih hingga
setiap kali hendak menuliskan hadits (dalam kitab ini), beliau selalu berwudhu
dan mengerjakan shalat dua rakaat sembari memohon petunjuk kepada Allah dalam
menuliskannya. Setiap hadits bersanad yang beliau tuliskan dalam kitab ini
memiliki sanad shahih dari rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan
sanad yang muttashil (bersambung) dimana para perawinya telah memenuhi
persyaratan dalam hal keadilan dan kesempurnaan hafalan.
Beliau
menyelesaikan penyusunan kitab tersebut selama enam belas tahun. Setelah itu,
beliau mengajukan kitabnya itu kepada Imam Ahmad, Yahya bin Ma’in, ‘Ali bin Al
Madini, dan selain mereka, kemudian mereka menilainya sebagai kitab yang bagus
dan memberi rekomendasi/persaksian akan keabsahan hadits dalam kitab tersebut. Para
ulama di setiap zaman menerima kitab tersebut dengan sepenuh hati. Al Hafizh
Adz Dzahabi berkata, “Ini adalah salah satu kitab dalam ilmu Islam yang
paling bagus dan paling utama setelah kitab Allah ta’ala.”
Jumlah
hadits dalam Shahih Al Bukhari termasuk yang terulang berjumlah 7397 buah dan
jika tidak termasuk yang terulang berjumlah 2602 buah. Demikianlah yang
disebutkan oleh Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah.
l Bukhari adalah Abu ‘Abdillah Muhammad bin Isma’il bin
Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Ju’fi. Al Ju’fi Al Farisi adalah
(maula mereka) yang berasal Persia.
Al
Bukhari dilahirkan pada bulan Syawal tahun 194 H. Beliau rahimahullah
memiliki hafalan yang sangat kuat. Disebutkan bahwa beliau bisa menghafal
sebuah kitab dengan sekali membaca. Beliau adalah seorang yang sangat zuhud
dan wara’, jauh dari kehidupan para penguasa dan pemimpin. Beliau
seorang yang sangat pemberani dan dermawan. Para ulama yang semasa dengan
beliau dan sesudahnya memuji beliau. Imam Ahmad berkata, “Khurasan tidak
pernah mengeluarkan orang sehebat dia.” Ibnu Khuzaimah berkata, “Di
bawah kolong langit ini tidak ada orang yang lebih tahu dan lebih hafal hadits
rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam selain Muhammad bin Isma’il Al
Bukhari.” Beliau adalah seorang mujtahid dalam bidang fiqih. Beliau sangat
teliti dalam mengambil kesimpulan hukum suatu hadits sebagaimana dapat
disaksikan dalam judul-judul bab dalam kitab Shahih-nya.
2. IMAM MUSLIM ( shahih muslim )
Kitab
ini adalah kitab yang telah terkenal dan disusun oleh Muslim bin Al Hajjaj rahimahullah.
Beliau mengumpulkan hadits-hadits shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam menurut penilaiannya di dalam kitab ini. An Nawawi berkata, “Di
dalam kitab ini beliau menerapkan metode yang sangat bagus dalam hal
ketelitian, kesempurnaan, wara’, dan ma’rifah dimana sangat jarang seorang
mendapatkan petunjuk untuk melakukan hal tersebut kecuali beberapa orang saja
di beberapa masa.”
Beliau
mengumpulkan hadits-hadits yang sesuai dalam satu tempat dan menyebutkan
berbagai jalur dan lafadz-lafadz hadits yang dia susun per-bab. Hanya saja,
beliau tidak menyebutkan judul-judul bab tersebut. Mungkin karena khawatir akan
menambah tebal kitab tersebut atau karena terdapat alasan yang lain.
Setiap
bab dalam kitab ini telah diberi judul oleh sejumlah ulama yang menjelaskannya.
Di antara syarah yang paling bagus adalah yang disusun oleh An Nawawi rahimahullah.
Jumlah hadits dalam kitab ini adalah 7275 buah, termasuk hadits yang terulang
dan jika dibuang, hanya berjumlah 4000 buah.
Apabila
ditinjau dari segi keabsahannya, maka mayoritas atau seluruh ulama telah
sepakat bahwa Shahih Muslim menduduki tingkat kedua setelah Shahih Al Bukhari.
Orang-orang
berbeda pendapat tentang kitab Shahih Al Bukhari dan Muslim di hadapanku
Mereka
berkata: Mana di antara keduanya yang lebih unggul?
Aku
pun berkata: Shahih Al Bukhari lebih unggul dalam hal keshahihan Sebagaimana
Shahih Muslim lebih unggul dalam hal penyusunan
Muslim
adalah Abu Al Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi.
Beliau dilahirkan pada tahun 210 H. Beliau melakukan perjalanan ke berbagai
negeri dalam rangka mencari hadits. Beliau pergi ke Hijaz, Syam, ‘Iraq, dan
Mesir. Ketika Al Bukhari datang di Naisabur, dia belajar kepadanya, mempelajari
ilmunya dan mengikuti setiap langkahnya.
Banyak
ulama ahli hadits dan selainnya memberikan pujian kepadanya. Beliau meninggal
pada tahun 261 H. Beliau meninggalkan ilmu yang banyak di dalam karya-karyanya.
Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadanya dan memberi balasan yang lebih
baik atas jasa-jasanya yang beliau berikan kepada kaum muslimin.
3.
IMAM ABU DAUD (
sunan abu daud )
Kitab
ini adalah kitab yang berisi 4800 hadits yang diseleksi oleh penyusunnya dari
500.000 hadits. Beliau hanya menyebutkan hadits-hadits tentang hukum. Beliau
berkata, “Di dalamnya saya menyebutkan hadits yang berderajat shahih, yang
serupa (mirip) atau yang mendekati derajat shahih. Jika dalam kitabku ini ada
hadits yang mengandung kelemahan yang berat, pasti saya jelaskan. Di dalam
kitab ini tidak terdapat riwayat yang berasal dari seorang perawi matruk.
Hadits yang tidak saya komentari, berarti hadits tersebut hadits yang shalih (baik)
dan sebagian hadits lebih shahih dari yang lainnya. Dan hadits-hadits yang saya
cantumkan dalam kitab Sunan sebagian besar merupakan hadits-hadits yang populer
(masyhur).”As Suyuthi berkata, “Kemungkinan yang dimaksud shalih (baik)
olehnya adalah baik untuk dijadikan sebagai i’tibar (shalih lil
i’tibar), bukan sebagai hujjah (shalih lil ihtijaj) sehingga dengan
demikian ungkapan shalih yang beliau kemukakan mencakup hadits yang dla’if.
Namun,
Ibnu Katsir menyebutkan bahwa diriwayatkan bahwa beliau (Abu Dawud) berkata, “Hadits
yang aku diamkan berarti hadits hasan.” Jika perkataan ini memang benar berasal
dari beliau, berarti tidak ada masalah lagi.”, yakni tidak ada masalah
bahwa maksud shalih dalam ungkapan beliau tersebut adalah baik untuk dijadikan
sebagai hujjah (shalih lil ihtijaj).Ibnu Ash Shalah berkata,
“Berdasarkan ucapan beliau ini, maka hadits yang kita temukan dalam kitab
beliau yang disebutkan secara mutlak dan tidak tercantum dalam Ash Shahihain
serta tidak seorangpun dari ulama hadits yang menegaskan akan keabsahan hadits
tersebut, maka kita dapat mengetahui bahwa hadits tersebut dinilai sebagai
hadits yang hasan menurut penilaian Abu Dawud.”Ibnu Mandah berkata, “Abu
Dawud meriwayatkan isnad yang dla’if jika dalam suatu permasalahan tidak
terdapat hadits lain selain hadits dla’if itu. Hal ini beliau lakukan
karena menurutnya hadits dla’if lebih kuat daripada pendapat yang dikemukakan
seorang.”
Sunan
Abi Dawud ini sangat terkenal di kalangan ahli fiqih (fuqaha`) karena kitab ini
mengumpulkan hadits-hadits hukum. Penyusunnya mengatakan bahwa dia telah
menyodorkan kitabnya tersebut kepada Imam Ahmad bin Hambal dan beliau
menilainya sebagai kitab yang bagus dan baik. Ibnu Al Qayyim memberikan pujian
yang hebat (terhadap kitab ini) dalam Muqaddimah kitab Tahdzib-nya.Abu
Dawud adalah Sulaiman bin Al Asy’ats bin Ishaq Al Azdi As Sijistani. Beliau
dilahirkan di Sijistan, salah satu daerah di Bashrah, pada tahun 202 H. Beliau
melakukan berbagai perjalanan mencari hadits. Beliau menulis hadits dari penduduk
Syam, Irak, Mesir, dan Khurasan. Beliau mengambil hadits dari Ahmad bin Hambal
dan juga dari guru-guru Al Bukhari dan Muslim.Para ulama memberikan pujian
kepadanya dan menyebutkan bahwa beliau memiliki hafalan yang sempurna,
pemahaman yang kuat, dan seorang yang wara’. Beliau meninggal di Bashrah
pada tahun 275 H dalam usia 73 tahun. Beliau meninggalkan karya yang banyak.
Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadanya dan memberinya balasan yang lebih
baik atas jasa-jasanya yang diberikan kepada kaum muslimin.
4. IMAM TIRMIDZI ( jami’ at tirmidzi )
Kitab
ini juga terkenal dengan nama Jami’ At Tirmidzi. At Tirmidzi rahimahullah
menyusunnya berdasarkan dengan bab-bab fiqih. Beliau menjelaskan derajat
shahih, hasan, atau dla’if setiap hadits pada tempatnya masing-masing
dan menjelaskan sisi kelemahannya. Beliau juga menjelaskan ulama yang beliau
ambil pendapatnya baik dari kalangan sahabat atau selainnya. Di akhir kitab
tersebut, beliau menyusun sebuah kitab yang membahas tentang ilmu ’ilal dan
dalamnya beliau mengumpulkan berbagai faedah yang penting.
Beliau
berkata, “Semua hadits yang terdapat dalam kitab ini dapat diamalkan.
Dalam
kitab ini terdapat berbagai faedah dalam bidang fiqih dan hadits yang tidak ada
dalam kitab yang lain. Para ulama dari Hijaz, ‘Iraq dan Khurasan menilainya
sebagai kitab yang bagus tatkala penyusunnya menyodorkan kitab ini kepada
mereka.
Ibnu
Rajab berkata, “Ketahuilah bahwa At Tirmidzi mentakhrij (mengeluarkan)
hadits shahih, hasan, dan gharib dalam kitabnya. Namun sebagian hadits gharib
yang beliau takhrij berderajat munkar, khususnya dalam kitab Al Fadha`il.
Meskipun demikian, pada umumnya hal itu beliau jelaskan. Setahu saya beliau
tidak mentakhrij hadits dari perawi yang dituduh berdusta dan telah disepakati
sebagai perawi yang tertuduh berdusta jika bersendirian dalam meriwayatkan
hadits. Memang benar terkadang beliau mentakhrij hadits dari perawi yang
hafalannya jelek (sayyiul hifzhi) dan dari perawi yang kebanyakan haditsnya
lemah, tetapi biasanya beliau menjelaskan hal itu dan tidak mendiamkannya.”
At
Tirmidzi adalah Abu ‘Isa, Muhammad bin ‘Isa bin Surah As Sulami At Tirmidzi.
Beliau dilahirkan di Tirmidz -sebuah kota di ujung Jaihun- pada tahun 209 H.
Beliau berkeliling ke seluruh negeri dan mendengar hadits dari penduduk Hijaz,
‘Iraq, dan Khurasan.
Para
ulama sepakat atas keimaman dan kemuliaan beliau. Bahkan, Al Bukhari pun
bersandar pada periwayatannya dan mengambil riwayat darinya padahal Al Bukhari
merupakan salah satu gurunya.
Beliau
meninggal pada tahun 279 H dalam usia 70 tahun. Beliau menghasilkan karya-karya
yang sangat bermanfaat dalam bidang ‘ilal dan selainnya. Semoga Allah
melimpahkan rahmat-Nya dan memberinya balasan yang lebih baik.
5. IMAM NASA’I ( sunan an nasa’i )
An
Nasa`i rahimahullah menyusun kitabnya As Sunan Al Kubra dan
memasukkan ke dalamnya berbagai hadits shahih dan cacat. Kemudian beliau
meringkasnya dalam kitab As Sunan Ash Shughra dan beliau beri judul Al
Mujtaba yang di dalamnya beliau hanya mengumpulkan berbagai hadits shahih
menurut penilaiannya.
Kitab
inilah (Al Mujtaba –pent.) yang dimaksud jika ada hadits yang riwayatnya
dinisbatkan kepada An Nasa`i.
Al
Mujtaba
adalah kitab Sunan yang paling sedikit mengandung hadits dla’if dan
perawi yang dijarh. Derajat kitab ini berada setelah Ash Shahihain.
Ditinjau dari sisi para perawinya, kitab ini didahulukan daripada Sunan Abi
Dawud dan Sunan At Tirmidzi karena beliau sangat berhati-hati dalam
memilih para perawi. Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Banyak
perawi yang dipakai Abu Dawud dan At Tirmidzi yang ditinggalkan oleh An Nasa`i
dalam meriwayatkan haditsnya. Bahkan, dalam meriwayatkan haditsnya dia
meninggalkan sejumlah perawi yang terdapat dalam Ash Shahihain.”
Kesimpulannya,
syarat An Nasa`i yang digunakan dalam Al Mujtaba adalah syarat yang
paling ketat setelah syarat dalam Ash Shahihain.
An
Nasa`i adalah Abu ‘Abdir Rahman, Ahmad bin Syu’aib bin ‘Ali An Nasa`i. Disebut
juga An Nasawi karena dinisbatkan kepada daerah Nasa, sebuah negeri yang
terkenal di daerah Khurasan.
Beliau
dilahirkan pada tahun 215 H di Nasa. Kemudian melakukan perjalanan untuk
mencari hadits. Beliau mendengar hadits dari penduduk Hijaz, Khurasan, Syam,
Jazirah, dan selainnya. Beliau tinggal lama di Mesir. Di sanalah beliau karya
beliau tersebar luas. Kemudian beliau pergi ke Dimasyq dan mendapatkan ujian
(fitnah) di sana.
Beliau
meninggal pada tahun 303 H di Ramalah, Palestina dalam usia 88 tahun. Beliau
meninggalkan karya yang banyak dalam bidang hadits dan ‘ilal. Semoga
Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadanya dan memberinya balasan yang lebih baik
atas jasa-jasanya kepada kaum muslimin.
6. IMAM IBNU MAJAH ( sunan ibnu majah
Ini
adalah kitab yang disusun oleh penulisnya berdasarkan urutan bab. Di dalamnya
penyusun mengumpulkan 4341 buah hadits. Berdasarkan pendapat yang masyhur di
kalangan mutaakhirin kitab ini termasuk kitab induk keenam dari enam kitab
induk hadits. Meskipun demikian, kitab ini derajatnya lebih rendah dari kitab
Sunan An Nasa`i, Sunan Abi Dawud, dan Sunan At Tirmidzi. Bahkan, telah masyhur
bahwa hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah secara bersendirian umumnya
adalah hadits dla’if. Akan tetapi, Al Hafizh Ibnu Hajar berkata lain,
“ Hal itu tidaklah bersifat mutlak menurut penelitian saya. Namun, secara
global, di dalam kitab tersebut memang banyak terdapat hadits mungkar. Wallahul
Musta’an.”
Adz
Dzahabi berkata, “Di dalamnya terdpat hadits-hadits mungkar dan sejumlah
kecil hadits maudlu’.”
As
Suyuthi berkata, “Dia bersendiri dalam meriwayatkan hadits dari para perawi
yang dituduh berdusta dan mencuri hadits, dan sebagian dari hadits-hadits
tersebut tidak diketahui kecuali dari jalur mereka ini.”
Mayoritas
hadits yang beliau takhrij juga diriwayatkan oleh semua atau sebagian penyusun
enam kitab induk hadits. Dan beliau meriwayatkan hadits secara bersendiri dan
tidak diriwayatkan oleh mereka (penyusun enam kitab induk hadits) sebanyak 1339
buah sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Ustadz Muhammad Fu`ad ‘Abdul
Baqi.
Ibnu
Majah adalah Abu ‘Abdillah Muhammad bin Yazid bin ‘Abdillah bin Majah (dengan
huruf ha` yang disukun, tetapi ada yang mengatakan dengan huruf ta`) Ar Raba’i
(maula mereka) Al Qazwini.
Beliau
dilahirkan di Qazwin –termasuk wilayah ‘Iraq- pada tahun 209 H. Beliau
melakukan perjalanan dalam mencari hadits sampai ke Ar Ray, Bashrah, Kufah,
Baghdad, Syam, Mesir, dan Hijaz. Beliau mengambil hadits dari banyak orang di
negeri-negeri tersebut. Beliau meninggal pada tahun 273 H dalam usian 64 tahun.
Beliau memiliki banyak karya yang bermanfaat. Semoga Allah melimpahkan
rahmat-Nya dan memberi balasan yang lebih baik atas jasa-jasanya kepada kaum
muslimin
Tiada ulasan:
Catat Ulasan
berkomentarlah dengan bijak sahabat semua.